Cayo Blogger Indonesia...dalam waktu dekat ini Pesta Blogger 2008 akan segera di langsungkan tepatnya 25 oktober 2008 nanti...
Pokoknya Sukseslah buat para blogger-nisti..
go..go..go..
Service Laptop | Notebook | Tab | Smartphone | PC desktop | Contact : 081314803710 [whatsApp/sms]
Bangku kuliah ia tinggalkan. Di tangan Azim Hashim Premji, perusahaan warisan Wipro menjelma menjadi raksasa peranti lunak komputer India.
Namanya tak pernah absen dari daftar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes sejak 1999. Azim Hashim Premji, 62 tahun, kerap disebut-sebut sebagai Bill Gates-nya India, karena ia juga juragan bisnis komputer yang disegani. Julukan itu bertambah kuat karena Premji pun mengalirkan milyaran dolar ke sebuah yayasan pendidikan yang menyandang namanya.
Gates, sang maharaja dari imperium Microsoft, gemar beristirahat di tepian Danau Washington di rumahnya yang bergaya cottage dengan luas kira-kira dua hektare, berkamar tujuh, enam dapur, ada bioskop dan ruang perpustakaan bundar. Gates juga suka menikmati pantai, rumah perahu dan sungai buatan yang dipenuhi salmon dan trout. Bagaimana dengan Premji?
Pria kelahiran 24 Juli 1945 itu tetap setia dengan rumah satu-satunya di kampung halamannya, Bangalore. Pria Muslim Bohra (Ismaili) berdarah Gujarat itu masih menyetir sendiri mobil Ford Escort usangnya. Tak ada yang lebih digemarinya selain hiking di perbukitan berjarak enam jam bermobil dari rumahnya. Meski kini menjadi orang nomor dua terkaya di India, Premji selalu memilih penerbangan kelas ekonomi untuk keperluan bisnis.
Orang boleh beranggapan bahwa suksesnya tak lepas dari perusahaan warisan ayahnya, Wipro. Tapi, satu peristiwa selalu dikenang Premji sebagai momen terpenting dalam hidupnya. Tahun 1966, ia masih kuliah teknik kelistrikan di Standford University, California, ketika kabar duka itu datang: ayahnya meninggal dunia. Premji bergegas pulang ke India.
Untuk pertama kalinya, Premji menghadiri rapat umum tahunan pemegang saham Wipro, yang masih beromzet US$ 2,1 juta. Seorang pemegang saham angkat suara dengan saran bernada skeptis terhadap kemampuannya. “Tuan Premji, Anda sebaiknya menjual saham Anda dan menyerahkannya ke manajemen yang lebih matang, karena tidak mungkin orang seusia Anda yang belum berpengalaman bisa memimpin perusahaan ini.” Saat itu, usia Premji baru 21 tahun.
Premji menyikapi saran itu sebagai tantangan yang justru membuatnya mantap meninggalkan bangku kuliah dengan satu keyakinan: membawa Wipro menuju sukses. Ketika Premji menduduki kursi panas di puncak Wipro, yang masih bernama Western Indian Vegetable Products, hanya berdagang minyak goreng. Belakangan, perusahaan itu merambah ke lemak roti, lalu sabun dan pasta gigi, keperluan mandi bayi, produk lampu dan silinder hidrolik. Premji lalu menggiring perusahannya memasuki bidang peranti lunak komputer.
Empat puluh satu tahun kemudian, Wipro di bawah kepemimpinan Premji telah menjelma menjadi sebuah korporasi global dengan laba bersih tahun lalu sebesar 856 crore rupee (1 crore = 10 juta) atau US$ 216,4 juta. Kekayaan pribadi Premji kini bertengger di angka US$ 13,6 milyar (Rp. 128,8 trilyun).
“Saya rasa tidak ada yang rahasia,” kata Premji tentang kiat suksesnya. Menurut dia, Wipro telah berhasil membangun kultur yang kuat dalam organisasi melalui pembinaan, kepemimpinan, dan sensitivitas pada pelanggan dalam pelayanan. Selain itu, juga dikembangkan sensitivitas pada pegawai, dan semangat kuat untuk menang tanpa kompromi pada tahap mana pun di garis standar integritas tertinggi. “Kombinasi ini menjadikan kami sukses,” kata Premji, yang kembali ke Stanford pada 1999 untuk menyelesaikan gelar sarjananya di bidang teknik kelistrikan.
Koran Business India menggambarkan Premji sebagai seorang pekerja keras. “Dia orang yang lugas yang tak pernah mau mengandalkan suap.” Inilah kutipan resep suksesnya yang dirangkum Business India: “Jangan pernah mengompromikan nilai-nilai fundamental dalam situasi apa pun. Bangun kepercayaan diri, selalu melihat ke depan. Selalu tempatkan orang-orang terbaik di sekitar Anda, sekalipun mereka lebih dari Anda. Miliki komitmen obsesif pada kualitas. Bermain untuk menang. Serahkan semua kepada kekuatan Yang Di Atas.”
Wipro dan perusahaan-perusahaan sejenis mendapat peluang besar setelah IBM memutuskan keluar dari India pada 1978 gara-gara perselisihan dengan pemerintah. Tapi, terlepas dari itu, kepemimpinan Premji telah teruji. Di bawah kendalinya, Wipro mampu memikat klien-klien besar seperti Nokia, Prudential, Parlemen Skotlandia dan Microsoft. Selain itu, selama bertahun-tahun, ia menerima banyak penghargaan, yang dia yakini sebagai pengakuan terhadap setiap orang yang berkontibrusi pada Wipro.
Business India menganugerahinya gelar “Business Man of the Year” tahun 2000. Koran Economic Times memilihnya sebagai “Business Leader of the Year” tahun 2004. Koran bisnis Inggris, Financial Times, memasukkannya dalam daftar 25 milyuner teratas yang telah melakukan paling banyak hal signifikan bagi perubahan sosial, politik dan kultural (November 2004).
Majalah Time pada April 2004 menahbiskan Premji sebagai satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia. Sebelumnya, pada Agustus 2003, majalah Fortune memasukkan dia dalam daftar 25 pemimpin bisnis paling berpengaruh di luar Amerika Serikat. Di tahun yang sama (Maret), majalah Forbes menempatkan dia dalam daftar 10 orang di dunia yang punya “efek paling kuat pada perubahan,” dan majalah Business Week pada Oktober 2003 menempatkan foto Premji di sampul dengan tulisan “India’s Tech King.” Yanto Musthofa (dari berbagai sumber)
1966: Setelah kematian ayahnya, Azim Hashim Premji bergabung ke perusahaan keluarga, Western Indian Vegetable Product, yang memroses minyak sayur.
1977: Nama perusahaan diubah jadi Wipro.
1980: Wipro mulai membangun komputer-komputer mini dengan teknologi lisensi dari Sentinel Computer Corp. Amerika Serikat.
1985: Menggaet Acer, produsen PC Taiwan untuk perakitan komputer di India.
1985-1999: Wipro berekspansi dengan menjamah ekspor software, perawatan kesehatan, telekomunikasi, perencanaan sumber daya perusahaan dan komunikasi data. Mereka juga terjun ke produk lampu dan perawatan kesehatan.
2000: Premji dinyatakan sebagai orang terkaya di India dengan kekayaan bersih US$ 51 miliar, sebagian besar dari kepemilikan sahamnya di Wipro sebesar 75%.nebula165
Situs Bank Niaga Palsu (atas) dan Asli (bawah)
Screenshot situs Bank Bukopin Aspal (atas) dan Asli (bawah)
Dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, India bahkan China, seharusnya profesional IT Indonesia setara. Tapi, kenyataannya?
Hamdan, panggil saja begitu. Pria beranak tiga ini adalah warga Indonesia yang bekerja di Arab Saudi. Bidang kerjanya adalah pemelihara jaringan di sebuah perusahaan telekomunikasi berskala internasional. Soal gaji, meski Hamdan tidak eksplisit menyebutnya, namun dari perubahan gaya hidupnya tergambarkan bagaimana ‘lumayan’nya gaji yang diterimanya di Arab Saudi sana.
Begitu ‘hengkang’ ke Arab Saudi, Hamdan mampu merenovasi rumah seluas 120 meter persegi menjadi bangunan dua tingkat dengan gaya arsitektur terkini. Kalau dulu ia hanya punya satu mobil Toyota Great Corolla, kini berubah menjadi Toyota Avanza sebanyak dua buah. Melengkapi gambaran hebatnya gaji Hamdan, sebuah ruko dan sebuah rumah tinggal lainnya dimiliki Hamdan tanpa hutang sedikit pun. Sekedar catatan, Hamdan baru menginjakkankakinya di Arab Saudi tak kurang dari enam bulan.
Menyaksikan atau bahkan mendengar apa yang dimiliki Hamdan, tentu mengerucutkan pikiran kita betapa hebatnya seorang pekerja di bidang Teknologi & Informasi dihargai. Terlebih bila pekerja itu adalah seorang warga negara Indonesia yang bekerja di negara asing.
Tapi siapa sangka kalau sebuah hasil survey yang dilakukan zdnetasia.com secara online pada bulan-bulan terakhir tahun lalu justru berkata lain. Survey yang melibatkan sedikitnya 5090 responden itu menunjukkan kalau gaji yang diterima oleh ahli-ahli TI Indonesia jauh lebih rendah bila dibandingkan beberapa negara lain, seperti Hongkong, Singapura, India, Malaysia serta Thailand.
Profesional di Indonesia yang dalam setahun mendapat total gaji rata-rata sebesar US$ 10.959 hanya setingkat lebih baik dari yang diterima kaum profesional di Filipina yang hanya memperoleh gaji sekitar US$ 10,899 per tahunnya. Sedangkan, Hongkong dan Singapura menempati urutan teratas.
Data lainnya menyebutkan, dengan pengalaman 5 tahun di bidangnya, seorang profesional TI di Indonesia hanya dihargai sekitar US$ 5.619 setahun. Bahkan tidak hanya itu, masih menurut survei itu, profesional IT di Indonesia yang memiliki pengalaman 10 tahun lebih pun hanya menerima gaji rata-rata US$ 20.030 per tahun atau sekitar 15 juta-an setiap bulan. Bandingkan dengan Malaysia yang mampu membayar pakarnya hingga US$ 25.615 setahun.
Sementara itu Filipina hanya sanggup membayar per tahunnya sebesar US$ 19.879. Bandingkan dengan Hongkong, yang tenaga TI-nya bisa berpenghasilan sampai US$ 80.005 setahun. Sedangkan Singapura membayar US$ 64.289 pertahun.
Untuk sektor industri TI, hasil survei itu juga menampilkan data menarik lainnya sebagai bahan kajian. Mereka yang berkarir di bidang Manajemen TI, misalnya, mendapat total pendapatan tahunan yang paling besar dibandingkan bidang lain seperti Project Development dan System Development.
Untuk posisi Manajemen TI, Hongkong berada di peringkat tertinggi pendapatan per tahun yakni US$ 96.754, disusul Singapura (US$ 61.167), Thailand (US$ 38.721), India ( US$ 28.557), Malaysia ( US$ 25.162), Filipina (US$ 19.524) dan Indonesia ( US$ 16.060).
Sedangkan, penghasilan terendah di sektor TI ditempati oleh bidang System Development, yakni US$ 40.971 (Hongkong), US$ 32.902 (Singapura), US$. 15.450 (Thailand), US$ 13.967 (Malaysia), US$ 11.953 (India), US$ 8.448 (Filipina) dan US$ 6.897 (Indonesia).
Tidak Faktual
Beragam pro kontra mengomentari hasil survey tersebut. Karya Bakti Kaban misalnya. Praktisi yang telah lama berkecimpung di dunia IT menyatakan komentar sebaliknya atas hasil survey tersebut. "Nggak benar juga sih ya. Faktanya sih orang-orang kita, apakah itu yang proyek-nya di Indonesia atau yang dikirimke luar negeri, secara salary nggak kalah juga," terang Karya Bakti ketika ditemui di ruang kerjanya akhir bulan lalu.
Rendahnya posisi daya bayar perusahaan Indonesia menurutnya lagi lebih disebabkan oleh pola pengambilan samplenya. "Kenapa benchmark ini nilainya rendah, bayangan saya sih karena yang pertama diambil (sebagai responden) rata-rata pekerja IT secara keseluruhan. Selain itu, orang-orang itu mungkin bekerjanya di Indonesia, dan dari berbagai macam perusahaan. Sehingga hasilnya seperti itu," urainya panjang.
Sedangkan Osly Usman, Career Consultant-IT & Telecommunication Specialist, PT. JAC Indonesia juga keberatan dengan hasil survey itu. Buatnya pakar-pakar IT di Indonesia juga dihargai cukup tinggi. "Kalau pun ada yang bergaji rendah, tapi tidak bisa disamaratakan," ungkapnya.
Osly mencontohkan tenaga teknisi jaringan. "Yang paling mahal disini adalah teknisi jaringan. Level-level itu mulainya dari CCNA, CCNP baru CCIE. Di indonesia ini cuma ada 20 orang. Dan gaji mereka tidak kecil," ungkap Osly yakin.
Sedangkan bagi mereka yang fresh graduate, masih menurut Osly seorang pekerja di bidang IT kisarannya adalah Rp 2,5 juta. Untuk Java malah bisa lebih lagi. "Kisarannya yang lebih bagus bisa 3 juta. Kalau dia main di level ini bisa hingga 20 juta rupiah range of salary nya. Jadi kalau dibilang di sini kita paling rendah ini berdasarkan apa? Kalau misalnya dia bilang untuk developer, oke developer rendahnya di mana? Kita memang ada sih fresh graduate gajinya 1,5 sampai 2 juta memang ada. Tapi mostly dari mereka biasanya ya yang level fresh sekali yang untuk IT staf itu dia memang gajinya 1,5 sampai 2," ujarnya seraya bertanya.
Wayah S. Wiroto, Vice Rector for Colaborationand Marketing Affairs, Universitas Bina Nusantara juga berpendapat senada. Katanya, seorang IT specialist kita bisa mendapatkan gaji sekitar 2,5 sampai 7 juta, tergantung kemampuan dan pengalaman mereka. Bandingkan dengan IT specialist asal Singapura dan India, untuk yang pengalaman satu sampai 3 tahun itu mereka mendapat gaji sekitar US0 sampai US0 US dollar. "Mungkin data itu untuk level yang sudah top managemen IT nya, itu mungkin agak berbeda karena tentunya struktur gaji yang di Indonesia sama yang di luar negeri kalau if you comparison directly it’s almost impossible," ungkap Wayah.
Contoh lainnya disebut Wayah, untuk kalangan middle management semacam section head atau manajer. Industri kita menawarkan gaji antara 7 sampai 20 juta per bulan. "Kalau menurut saya itu relatively cukup comparison kok," ujarnya. Sedangkan untuk yang belum berpengalaman, alumni Binus menurut pria berkacamata ini mendapatkan sekitar 1500-2500 US dollar perbulannya, bila ditempatkan di Jepang.
Utoyo S. Nurtanio, Partner, PT Accenture Indonesia justru mengingatkan kalau kita tidak bisa lihat hasil survei itu sebagai suatu angka yang kita perbandingkan se cara mutlak. "Karena itu relatif dan tergantung dengan kondisi di negara-negara tersebut, dimana secara umum profesi apapun di Singapura misalnya memang secara umum tingkatan gajinya pasti lebih tinggi dari kita. Karena memang biaya hidupnya juga lebih tinggi," imbuh Utoyo.
Idealnya, bila dibandingkan dengan filipina, Indonesia seharusnya lebih tinggi. Sedangkan dengan Thailand hampir sama. "Tapi survey malah menunjukkan kita hampir sama dengan Filipina dan lebih rendah dari Thailand hampir tiga kali lipat.
Menurut Utoyo tinggi rendahnya gaji seorang pekerja IT tergantung dari jam terbangnya. "Jadi kalau yang masih junior itu relatif masih salary pemula. Tapi semakin tinggi jam terbangnya itu sebetulnya tingkat keahliannya itu nggak kalah. Yang membedakan mungkin adalah pool of resourcenya," terang Utoyo.
Kemampuan Bahasa
Sementara itu, Direktur Marketing Oracle Indonesia, Gunawan Loekito memaklumi hasil survey tersebut. Buat Gunawan, dibandingkan dengan beberapa Negara di Asia, IT salary benchmark di Indonesia memang relatif mendekati urutan bawah. "Kalau dibandingkan dengan Singapura, Malaysia, India atau bahkan Cina, harusnya kita memang ada di antara mereka. Tapi ternyata nggak," ujar Gunawan.
Menurutnya orang masih melihat bahwa, di Indonesia masih relatif lebih bisa ditawar, meski kompetensinya tidak kalah bila dibanding dengan Negara lain. Namun dari sisi kemampuan bahasa, bangsa ini keteteran. "Namun meski Bahasa Inggrisnya kalah bila dibanding dengan negara-negara seperti Singapura, Malaysia dan India. Tapi dengan Cina, jelas kita lebih menang," lanjutnya lagi.
Soal kemampuan, menurut Wayah, pakar IT kita dibandingkan dengan Cina dan Vietnam itu masih jauh lebih baik. Tapi soal bahasa memang agak susah. "Kita agak kalah dibandingkan dengan Korea. Jadi masalah cuma disitu," akunya.
Soal kemampuan komunikasi, Osly punya pendapat lain. Baginya seorang pekerja di bidang IT tidak perlu komunikasi yang komprehensif mengingat hubungan kerjanya lebih banyak bersama mesin. "Dia bukan kayak business writer yang harus sempurna bahasa Inggrisnya," ucapnya.
Namun begitu Oslym mengakui kemampuan komunikasi orang-orang IT itu memang sangat lemah. "Mulai dari negosiasi skill, communication skillnya itu memang mereka kurang. Nah disitulah kelemahan seorang IT karena dia terjun langsung ke mesin tersebut, dia bukan dealing dengan orang," belanya.
Lemahnya kemampuan berbahasa asing ini ternyata melemahkan daya tawar pakar IT kita pula. "Kalau orang luar misalnya taruh di Singapura dia langsung di gaji US$ 3000, kalau di Indonesia mana ada segitu, paling sehebathebatnya Indonesia sistem engineer sekitar Rp 7-8 juta itu juga sudah senior," jelasnya.
Lembaga Khusus SDM
Untuk itu agar bisa lebih bersaing, Gunawan menyarankan perlunya suatu lembaga yang khusus menangani tentang sumber daya manusia di Indonesia. "Sekarang kan Indonesia belum dikenal sebagai pengekspor atau penghasil tenaga kelas menengah dan atas, nah itu yang harus segera diadakan, disosialisasikan, bahkan dikumpulkan, dan kalau di lihat orang pintar banyak kan, Prof, DR, Ir, ahli IT, ahli web ada," sarannya.
Dan biar lebih hebat lagi, menurut Gunawan lagi perlu adanya suatu standar nasional ataupun standar Internasional yang berlaku. "Standarnya apa? Sertifikasi. Nah sertifikasi itu bisa sertifikasi yang dilakukan oleh tingkat nasional maupun internasional. Contohnya, kalau di Oracle,Oracle Certified Professional (OCP), ada lagi Oracle Certified Associate (OCA) ini yang paling bawah. Yang paling tinggi namanya, Oracle Certified Master (OCM)," ujarnya lagi.
Meski Indonesia berada di titik rendah dalam hal gaji menggaji tenaga IT, buat Gunawan itu bukan berarti tenaga IT di Indonesia lebih bodoh atau lebih pintar. " Karena kita kurang dipublikasikan. Jadi kreativitas orang Indonesia nggak kalah dengan orang-orang Amerika atau Eropa," yakinnya.
Karya Bakti Kaban pun berpendapat serupa. Hanya saja ia mengingatkan pentingnya sebuah upaya marketing dalam menjual kemampuan itu tadi. Sehingga kurang dikenal di luar, karena marketingnya kurang. "Sehingga kalau mau mendapat penghasilan yang lebih bagus, yang pertama adalah bahasa Inggrisnya dibagusin dulu, karena itu akan membuat harga naik, persentasi bagus, harganya langsung naik. Satu lagi mungkin, jangan lupa juga kalau mau keluar itu, harus tahu rate, harga luar berapa. Karena kita harus punya bayangan juga, jangan kita ditawar langsung mau, ya sudah harga murah," saran Karya Bakti Kaban.[portalhr]
Makin berkembangnya teknologi informasi saat ini, kami juga melayani jasa perbaikan serta cleaning dan instalasi ulang berbagai merk note...